Mungil,  cepat, lincah, tajam, penuh determinasi, dan  pekerja keras. Selain  Oktovianus Maniani, ciri-ciri ini juga  mencerminkan sosok gelandang Tim  Nasional U-23, Andik Vermansyah.
Aksinya   yang brilian terlihat jelas saat membela Timnas U-23 saat melawan   Kamboja di laga perdana SEA Games XXVI tahun 2011, Senin lalu. Dalam   pertandingan yang berakhir dengan skor 6-0 untuk Indonesia itu,   kecepatan dan kelincahan Andik mampu mengobrak-abrik pertahanan lawan   hingga membuahkan satu gol dan memberikan satu umpan indah yang berujung   pada gol terakhir untuk Indonesia.
Andik  yang masuk menggantikan  Ferdinand Sinaga pada menit ke-61 langsung  menunjukkan kualitasnya  sebagai pemain yang mengandalkan kecepatan.  Pada menit ke-80, pemain  bernomor punggung 21 ini berlari dengan sangat  cepat sambil membawa bola  dan berhasil melewati satu gelandang  bertahan Kamboja ke dalam kotak  penalti Kamboja.
Insting  tajamnya pun bermain. Melihat celah yang  terhampar, tanpa pikir  panjang Andik segera menembakkan bola dengan   keras dari kaki kanannya.  Kiper Kamboja pun tak kuasa menahan bola yang  melaju deras ke arah  gawangnya.
Empat  menit kemudian, aksinya  kembali berbahaya. Menerima bola dari Stevie  Bonsapia, Andik berlari  seperti kijang meninggalkan para pemain lawan  dan mendekati gawang  Kamboja. Namun, meski berada dalam posisi yang  memungkinkan untuk  mencetak gol, pemain yang membela Persebaya 1927 ini  justru tidak  bersikap egois. Dia memberikan umpan kepada Ramdhani  Lestaluhu yang  berada dalam posisi lebih menguntungkan. Gol keenam  untuk Indonesia pun  tercipta.
Andik  menyadari betul kelebihannya itu. Kecepatan  menjadi andalan utamanya  dalam bermain sepak bola. Namun, itu pun tidak  diperolehnya dengan  mudah. Pemain dengan tinggi badan 162 cm ini harus  berlatih keras untuk  sampai pada tingkat kecepatan tertingginya.
Latihan   berlari tak hanya dilakukannya di lapangan. Andik biasa melakoni   latihan berlari dengan menaiki tangga, baik tangga jembatan maupun   tangga di mal. Pernah pula dia beradu cepat dengan taksi.
"Pernah   waktu itu aku lomba sampai lima kali, setelahnya aku langsung   muntah-muntah ha-ha-ha...," kata pria berusia 19 tahun ini sambil   tertawa.
Kecepatan, kelincahan, dan kemampuan dribling yang   di atas rata-rata membuat Andik mendapat julukan "Lionel Messi" dari   Surabaya. Dia mengaku senang disamakan dengan Messi. Namun, dengan   rendah hati, pemain yang justru mengidolakan Cristiano Ronaldo ini   menekankan bahwa dirinya tak sehebat striker Argentina andalan Barcelona   tersebut.
"Saat  aku bermain, para Bonek selalu teriak 'Messi...  Messi... Messi'. Saya  senang dipanggil Messi, tapi kan beda jauh,"  ujarnya lugu.
Dari jualan es sampai SSB gratis
Andik kini berada di tim nasional, bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno dan berlaga untuk nama bangsa di kancah internasional. Namun, siapa sangka, langkah awalnya bermain bola tidak seindah saat ini. Dulu, untuk membeli sepatu sepak bola saja sulit.
Ayahnya,  Saman, hanya  seorang tukang bangunan. Sementara ibunya, Jumiah, hanya  seorang tukang  jahit. Orangtuanya yang berpenghasilan pas-pasan tak  memiliki dana lebih  untuk membantu Andik mewujudkan mimpinya. Maka, tak  heran bila pada  awalnya Andik tidak diizinkan menekuni sepak bola.
Namun,  dorongan  yang kuat membuat Andik tak mudah patah semangat. Dia pun  berjuang  sendiri demi mewujudkan mimpi jadi pemain sepak bola  profesional.  Berbagai upaya ditempuhnya, mulai dari jualan kue dan es  hingga bermain  sepak bola antarkampung (tarkam) ke luar Surabaya  dilakoninya, hanya  untuk bisa membeli sepatu bola.
Langkahnya  menunjukkan titik  terang ketika Pelatih SSB Suryanaga, Rudi, melihat  bakat besarnya. Rudi  pun menawarinya untuk menimba ilmu di sekolah  sepak bola di Jember itu.  Gratis.
"Waktu  itu dia iseng nonton aku bermain dan dia bertanya  kamu ikut SSB apa?  Aku jawab, tidak ada. Aku pun diajak ke Suryanaga,  gratis. Terus aku  bilang kakak dan diizinkan," ungkapnya.
Ayah  dan  ibunya pun tak memiliki alasan untuk terus melarang. Mereka pun   berbalik mendukung Andik hingga bermain untuk Persebaya Yunior dan   berkarya di PON.
Selalu pikirkan masa depan  
Anak bungsu dari empat bersaudara ini pun tak ragu menyebutkan bahwa kedua orangtuanyalah yang justru paling berjasa dalam kehidupannya. Mantan bintang kesebelasan PON Jawa Timur ini menilai sikap dan dukungan dari orangtuanya telah melecut dirinya untuk menjadi seorang Andik seperti sekarang ini.
Anak bungsu dari empat bersaudara ini pun tak ragu menyebutkan bahwa kedua orangtuanyalah yang justru paling berjasa dalam kehidupannya. Mantan bintang kesebelasan PON Jawa Timur ini menilai sikap dan dukungan dari orangtuanya telah melecut dirinya untuk menjadi seorang Andik seperti sekarang ini.
Selain  untuk masyarakat Indonesia, gol yang  dicetaknya dalam pertandingan  melawan Kamboja kemarin pun  dipersembahkannya untuk ayah dan ibu  tercinta. Menurutnya, orangtua  selalu mendoakan yang terbaik baginya.  Bahkan, rela berpuasa demi  kesuksesannya. Maka, tak heran bila Andik  selalu berusaha menyenangkan  mereka.
"Alhamdulillah...  Selama merantau di Surabaya, aku sudah  membelikan rumah atas nama  orangtuaku karena itu sudah menjadi janji  dari batinku. Alhamdulillah  juga, aku sudah memberangkatkan ibu pergi  umrah. Insya Allah kalau ada  rezeki mau naikkan haji kedua orangtua,"  ungkap Andik yang kabarnya  pernah dilirik oleh pemain Portugal, Rui  Costa.
Andik  selalu diingatkan untuk tidak lupa diri meski  kariernya kini tengah  menanjak. Dia sudah memikirkan masa depannya.  Selain berharap bisa  terus berkiprah di dunia sepak bola sampai akhir  hayatnya, penyuka  tempe penyet ini berencana untuk melanjutkan  pendidikannya ke jenjang  perguruan tinggi dan berinvestasi dengan  membangun rumah kos di  Surabaya.
"Kalau  ada rezeki mau bikin  kos-kosan, buat masa depan. Aku selalu mikir masa  depan karena aku  melihat betapa sulitnya orangtua aku mencari uang,"  ujarnya singkat.
Data singkat Andik Vermansyah
Nama lengkap: Andik Vermansyah
Nama kecil/Panggilan: Andik
Tinggi Badan: 162 cm
Tempat/Tanggal Lahir: Jember, 23 November 1991
Klub: Persebaya Surabaya 1927
Posisi: Striker
Karier:
Klub Junior 2007- Persebaya Surabaya 2008 - PON Jatim 2008 - POM ASEAN
Klub Profesional 2008 - 2011 Persebaya Surabaya
Tim Nasional 2011 -  Tim Nasional Indonesia U-23
Makanan kesukaan: Tempe penyet
Pemain idola: Bejo Sugiantoro dan Cristiano Ronaldo
Klub idola: Real Madrid dan Persebaya
Nama ayah: Saman
Nama ibu: Jumiah.
Pemain idola: Bejo Sugiantoro dan Cristiano Ronaldo
Klub idola: Real Madrid dan Persebaya
Nama ayah: Saman
Nama ibu: Jumiah.
