Hari bahagia kelahiran pancasila sejatinya dirasa oleh segenap bangsa Indonesia, tanpa terkecuali. Benar, hari kelahiran manual bangsa ini disemarakkan dengan beragam adegan dan agenda. Diantaranya dengan mengulang kembai makna utama yang tertanam dalam pancasila “menghapal butir-butir pancasila” seperti yang dilakukan oleh salah satu walikota dengan menjadikan hapal pancasila sebagai syarat dalam pembuatan kartu tanda penduduk.
Lain halnya dengan pertunjukan yang digelar oleh komunitas social movement “Komuniaksi”  yang menyuarakan Pancasila sebagai manual bangsa dalam rangka  memulihkan kembali ruh pancasila di hati bangsa, terutama para generasi  muda bangsa. (bisa dibaca di www.komuniaksi.com).
Pancasila adalah ayat-ayat dusta. itulah rangkuman yang saya peroleh dari hari lahir pancasila ini. Kenapa demikian? Ayat-ayat pancasila yang lima itu seakan menjadi racun dalam gelas sehingga banyak pihak yang menjauh darinya, kenapa? Karena  pancasila sifatnya aturan yang mengatur bukan aturan yang dapat diatur,  sehingga tak banyak yang mencari aturan lain yang dapat diatur dan  diolah kembali oleh otak kepala sendiri.
Pancasila  adalah ayat-ayat dusta. karena pemiliknya, karena orang yang  menganggapnya punya tidak menganggap lagi pancasila sebagai pemiliknya,  mungkin saja dianggap sebagai anak tiri atau bahkan lebih dari itu.  Sedang yang diharapkan bersama adalah  pancasila  “jangan  seperti dulu, Pancasila jangan berhenti pada kognitif, apalagi  diperalat, sehingga Pancasila disalahgunakan dan akhirnya dijauhi.  Pancasila harus ada dalam diri kita, lalu amalkan dan beri contoh,  jangan justru memperalat Pancasila,” (ungkap buya Syafi’I di salah satu  warta berita).
Kedustaan pemilik pancasila semakin menjadikan ayat-ayat pancasila sebagai ayat dusta. Ayat-ayat pancasila yang hanya dirayakan (bukan berarti menyalahkan perayaannya),  yang hanya digelar dengan orasi-orasi pemulihan nilai-nilai pancasila.  Namun, pada rilnya pancasila tak ubahnya perayaan hari agama yang hanya  menjadi ritual dan rutinitas belaka tanpa ada resapan makna dari kaum  dan pemeluk agamanya. 
Pilihannya adalah Menjadikan Pancasila sebagai ayat-ayat bangsa atau sebagai ayat-ayat dusta.  Sebagai konsekuensi jika sebagai ayat-ayat bangsa berarti setiap warga  negara wajib mengenal, menghapal dan mengaplikasikan dari setiap  ayat-ayat pancasila sebagai implementasi kesadaran bagsa akan pentingnya  aturan dalam nuansa keragaman dan kemajemukan warga Indonesia. Dan jika  dianggap sebagai ayat-ayat dusta berarti warga Indonesia tak perlu  capek-capek merayakan hari lahir pancasila, tak perlu Indonesia ada  aturan atau memang dianggap Indonesia tak butuh aturan lagi!!.
Fachroel Dien
Sumber: kompasiana.com
