Ketua umum PDI-Perjuangan, Megawati Soekarno Putri/Tribunnews/Dany Permana
Pastinya kita bertanya-tanya selama ini, ada apa antara Megawati dengan SBY. Karena  Megawati  tidak pernah hadir kalau di undang dalam pesta HUT RI di Istana Negara.  Memangnya ada salah apa Pak SBY sampai Ibu Megawati malas melangkahkan  kaki masuk pekarangan Istana Negara. Padahal tempat itu pernah menjadi  tempat beliau juga dahulu. Dan HUT RI merupakan bagian yang tidak  terpisahkan antara Ibu Megawati dengan sejarah kemerdekaan Indonesia dan  Presiden pertama RI  Ir.Soekarno.
Sudah tujuh kali ini Ibu  Megawati tidak pernah melihat megahnya kibaran Sang Saka Merah Putih  yang di laksanakan oleh Pasukan Pengibar Bendera. Juga sudah tujuh kali  ini Ibu Megawati tidak bertemu dengan pejabat-Pejabat Negara dan Para Menteri serta para undangan Tamu Negara Asing.
Sebagai seorang anggota elite politik, sebenarnya moment seperti ini sangat penting untuk pencitraan diri.
Menurut Guruh Soekarno  Putra, kakaknya  ini lebih senang menghadiri upacara HUT kemerdekaan di tempatnya  sendiri. Bahkan tahun lalu beliau memilih berupacara hikmat di kantor  PDI-Perjuangan, di Lenteng Agung.
Padahal, Pemerintah selalu mengundang Ibu  Megawati untuk menghadiri acara ini di Istana Merdeka. Sampai HUT yang  ke 66, belum satukalipun Ibu Megawati memenuhi undangan Pak SBY. Jadi total sudah tujuhkali tidak hadir sejak beliau berhenti menjadi Presiden di tahun 2004.
Namun, ketika Barack Obama  datang ke Indonesia tahun 2010, tanpa keberatan dan dengan senang hati  Ibu Megawati melangkahkan kaki kembali masuk ke dalam Istana Merdeka.  Duduk bersama para tamu negara asing dan para undangan lainnya.  Bercengkerama dan menikmati pertemuan tersebut. Kita berpikir, masak  Presiden Amerika lebih penting daripada perayaan HUT Kemerdekaan bangsa  sendiri. Aneh kan. 
Memangnya siapa Barack Obama, sampai meluluhkan kekerasan hati ibu Megawati.
Apakah karena Amerika, Megawati hadir di Istana?
Menurut pengamatan saya dan beberapa pengamat, memang demikian.
Amerika memang sejak dahulu kala tidak  pernah lepas dari peta catur perpolitikan Indonesia. Maka tak heran Ibu  Megawati hadir ketika “Anak Menteng Dalam” sejenak pulang kampung.
Dan menurut aturan baru, maka sebutan untuk Ibu Megawati bukan “mantan Presiden RI” tetapi “Presiden ke–lima”. (ada yang bisa memberitahu saya mungkin tentang peraturan ini!). Menurut saya kalau berdasarkan urutan kepemimpinan maka memang tepat sebutan Presiden ke-lima RI.
Tetapi kalau “mantan” juga tidak salah. Hanya saja analoginya kalau mantan mengarah pada “bekas atau eks.” Dan  sebagai penghormatan kita kepada jasa seseorang yang telah menjadi  pemimpin bangsa ini tentunya tidak begitu saja loyal dengan “mantan  Presiden.” Akan tetapi Presiden ke-sekian.
>  Mungkin saja Megawati mengharapkan  bantuan Amerika untuk pesta tarung tahun 2014 nanti. Megawati sendiri  sudah lewat usia pencalonan , tetapi mungkin bisa untuk Puan putrinya.  Bagaimanapun Amerika rupa-rupanya masih senang  dilirik  oleh parpol di Indonesia dalam sepak terjang mereka untuk menjadi  pemimpin di negeri ini. Dan Amerika memang tidak lelah-lelahnya  menelusup mencari pegangan agar tetap eksis di kawasan Asia Tenggara.
Dengan kasus Nazaruddin ini saja kalau diteliti terus maka “benang merahnya” pasti ada Amerika di dalamnya.
> Atau  memang taktik diplomasi Megawati untuk membuktikan dirinya pada Amerika,  bahwa beliau sebagai putri dari tokoh Pemimpin Indonesia yang sangat  Legendaris – Ir. Soekarno, Presiden pertama RI masih tetap eksis. Baik  di tingkat nasional dan tingkat internasional. Masih dipandang oleh  bangsa Indonesia
Kesempatan yang mubazir memang kalau sampai Megawati kala itu tidak hadir. Bagaimanapun,  figur Barack Obama yang ketika itu pasti masih “bocah ingusan di  bilangan Menteng Dalam, dan masih sekolah SD,” belum tahu benar siapa  Megawati Soekarno Putri. Mungkin kalau nama Presiden RI yang pertama  beliau sudah tahu. Tetapi tidak menyangka kalau putrinya kelak menjadi  pemimpin di negeri ini.
Apakah Megawati tidak menghormati HUT RI
Megawati itu sangat  menghormati HUT RI. Situasi ini merupakan titik tolak tonggak sejarah RI  dimana ayanda beliau adalah pencetusnya atau founding father RI, juga dalam penyusunan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.
Ketidak hadiran beliau  tentunya ada sangkut pautnya dengan relasi beliau yang boleh dikatakan  “perang dingin” dengan Presiden SBY. Perang dingin dalam soal politik.
Mereka memang sering tidak  akur, apalagi ketika tahun 2004 SBY menjadi saingan utama Megawati dalam  pemilu CaPres. Dan semakin tidak harmonis lagi ketika SBY mengundurkan  diri dari jabatan sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan,  ketika Megawati masih berkuasa. Jadi memang keduanya sudah lama selalu  tidak akur. Masing-masing memiliki prinsip yang tidak mau didahului dan  mendahului. Umum katakan, sama-sama oposan dilarang saling mendahului.
Sampai saat ini memang Megawati selalu mengkritik kinerja Presiden SBY:
a.  bahwa pemerintahan KIB I dan KIB II ini hanya senang pencitraan saja,
b.  banyak kebijakkan pemerintah yang kacau balau,
c.  dikritik juga mengapa Satpol PP selalu menggunakan senjata melawan publik,
d.  mengkritik bahwa pemerintah tidak teliti mengurus persoalan tabung gas 3kg, dimana rakyat menjadi korbannya.
Kritikan dan keluhan Megawati  ini memang buat kesal banyak pejabat pemerintah. Bahkan kritikan ini  dianggap angin lalu saja oleh mereka. 
Karena masa pemerintahan SBY itu jauh lebih baik bila dibandingkan dengan masa Megawati,  dimana pemerintah dengan APBN nya mampu menembus jumlah 1.100 triliun  rupiah. Era Megawati sendiri tidak pernah bisa menembus angka 600  triliun rupiah. (Vivanews.com 5 Agustus 2010).
Rupanya, kerikil-kerikil inilah yang membuat  Megawati memang menjaga jarak dengan lingkungan Istana. Seperti  pemikirannya untuk perbaikan bangsa ini dianggap angin lalu saja. Jadi,  memang dapat dikatakan Ibu Megawati sakit hati dengan Presiden SBY.
Kenyataannya,  kita suka atau tidak  dengan pemerintahan Presiden SBY ini karena prihatin dengan kondisi  negara Indonesia. Ternyata realisasi APBN 2011 jauh lebih baik jika  dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Peningkatan Belanja Negara  13,9% dari tahun lalu. Hibah Rp.213,8 triliun, atau naik Rp.38,8 triliun  dari tahun 2010.(Kompas.com 14 april 2011).
Jadi kritikan kita dan juga kritikan  Megawati , sebenarnya jatuh pada tempat yang tidak sebenarnya. Karena  memang bukti angka-angka  realisasi APBN sampai masuk tahun 2011 bulan  maret kemarin adalah jawaban yang valid. 
Nah, jadi kritikan Megawati dan publik yang  merasa bahwa negara ini dalam kondisi carut marut berdasarkan karena  apa?  Karena ketidak senangan yang bersifat subjektif atau objektif.
Della Anna 
Sumber: www.kompasiana.com
